Kejatuhan Jack Ma oleh Xi Jinping
Sang legenda hidup “entrepreneur” Asia, mulai kehilangan tahtanya. Nilai valuasi Alibaba menyusut, membuat sang buah hati karya Jack Ma itu mengalami kemunduran pesat. Apa yang bisa kita pelajari?
Jack Ma (atau nama aslinya Yun Ma) mengawali karir sebagai guru Bahasa Inggris di kampung halamannya. Ia pernah ditolak saat melamar sebagai polisi, pegawai KFC bahkan gagal membangun dua bisnis pertamanya. Saat berkunjung ke AS, Ia pertama kali mengenal internet dan komputer pada tahun 1995. Jack mencoba membeli sebuah beer dari Internet dan ia sadar akan sesuatu, tak ada bir asal Tiongkok yang dijual disitu. Otak bisnisnya mulai bekerja dan ia bergegas pulang. Namun ada satu masalah besar, ia sama sekali tak bisa coding dan belum ada pengalaman berwirausaha.
Hanya dengan modal nekat, ia mempunyai visi untuk membuat website “online shop” yang berguna agar para konsumen bisa langsung membeli dari para eksportir. Karena ia bukan orang kaya, Jack mengumpulkan 17 teman dan keluarga ke rumahnya dan berhasil meyakinkan mereka untuk berinvestasi di perusahaan yang akhirnya bernama Alibaba itu. Di tahun 1999, layanan miliknya mulai meledak dan jutaan dolar masuk dari perusahaan investasi seperti Softbank dan Goldman Sachs. Yahoo bahkan menggelontorkan 1 milyar dolar ke Alibaba. Kerja keras dan keyakinannya akhirnya membuahkan hasil.
Menurut sebuah jajak pendapat, sosoknya lebih terkenal dari Xi Jinping di luar negeri tirai bambu. Kisahnya yang menginspirasi dan awal hidupnya yang sederhana, membuat ia dikagumi oleh para calon pengusaha dan businessman di Asia, bahkan seluruh dunia. Pada 2020, perusahaan Alibaba dan Ant Group ( perusahaan fintech miliknya) menjadi perusahaan teknologi terbesar ke-4 di dunia setelah Google, Apple, dan Amazon. Akan tetapi, nasibnya berubah 180 derajat sejak saat itu.
Saat pertengahan 2020 lalu, Jack berencana melaksanakan IPO (penjualan saham perdana) yang bisa membuat valuasi perusahaan Ant Group miliknya meroket sampai 3 trilyun dollar dan menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah. Untuk konteks ukurannya, valuasi Ant Group lebih besar dibanding saham semua perusahaan di Jerman digabungkan.
“Saya berpikir bahwa diantara para orang terkaya di China, sangat sedikit yang hidupnya berakhir bahagia. “
—Jack Ma
Tragisnya, Pemerintah China di Beijing membatalkan semua itu. Perusahaan miliknya tersebut dikenai berbagai sanksi dan denda milyaran dollar atas tuduhan anti-monopoli. Anak perusahaannya diamputasi dan dibagikan ke kaki tangan para pejabat setempat. Browser dan aplikasi milik Alibaba di “apps store” China dipaksa dihapus serta ditarik dari peredaran. Valuasi Alibaba dan Ant Group terjun bebas dan hanya berharga setengah dari sebelumnya hanya dalam waktu beberapa bulan.
Semua hal ini merupakan sebuah statement dari Partai Komunis China. Tidak ada yang bisa melangkahi dan melakukan sesuatu tanpa persetujuan eksplisit dari pemerintah Beijing. Semua hal ini berawal saat Oktober 2020, Jack secara berani dan publik mengkritik kebijakan Xi Jinping yang berkaitan dengan regulasi keuangan bank. Isu yang beredar, Xi Jinping secara pribadi menginstrusikan untuk pembatalan IPO Ant Group milik Jack Ma. Xi juga memulai investigasi tentang risiko dari besarnya pengaruh Jack di negeri tirai bambu tersebut. Sejak semua kekacauan ini terjadi, Jack Ma tak pernah lagi muncul di publik dan dianggap “menghilang” sehingga berbagai gosip miring mulai berterbangan. Grup Alibaba sekarang terluntang-lantung dan terpaksa meminta maaf pada pemerintah.
“Penggrebekan” ini ternyata bukan hanya terjadi pada Alibaba. Tren juga menunjukkan bahwa berbagai perusahaan tech China lain juga terancam hal yang mirip. Perusahaan seperti Didi (Gojek-nya China) ,Tencent bahkan Bytedance (Pengembang TikTok) mulai diserang oleh para regulator. Para pengamat menyadari ada perubahan kebijakan yang berlangsung dalam skala besar.
Partai Komunis Tiongkok terlihat memindahkan fokus industri tech ke teknologi hardware dan bahan baku dibanding layanan atau kemudahan pada customer. Hard tech dianggap jauh lebih penting dan diperlukan untuk kemungkinan “perang dingin” baru dengan AS. Dibalik semua ini, yang menjadi korban adalah perusahaan penyedia service atau apps seperti Alibaba. Alasan yang patut dicurigai lainnya yaitu Beijing ingin membatasi pengaruh modal dan investasi asing dari Amerika Serikat yang memiliki saham cukup besar di Tencent hingga Alibaba.

Kita hanya bisa bergidik “ngeri” melihat semua ini. Jerih payah membangun sebuah perusahaan dari nol selama puluhan tahun, bisa lenyap begitu saja dalam 9 bulan hanya karena para pemegang kebijakan berpikir lain. Sistem pemerintahan China yang otoriter dan tidak transparan memang menjadi momok yang besar. Semua ini makin menonjolkan pentingnya demokrasi di Indonesia dan seluruh dunia. Kita semua sebagai warga sipil seharusnya tidak boleh diperlakukan semena-mena oleh para elit politik. Sesuai dari semangat Pancasila sila ke-2, kita harus merawat demokrasi dan kebebasan pendapat di Indonesia agar kesempatan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi selalu dijamin oleh negara.
-E
Referensi:
Wei, Lingling. 2020, “China Eyes Shrinking Jack Ma’s Business Empire”, https://www.wsj.com/articles/china-eyes-shrinking-jack-mas-business-empire-11609260092, diakses pada 18 Agustus 2021
Stone, Madeline. 2020, “The Rags-to-Riches Life Story of Alibaba Founder Jack Ma”, https://www.inc.com/business-insider/alibaba-jack-ma-life-story.html, diakses pada 18 Agustus 2021
AN, Srikanth. 2020, “Jack Ma – The Inspirational Story of Alibaba Founder”, https://www.shoutmeloud.com/jack-ma-alibaba-founder.html, diakses pada 18 Agustus 2021
Calhoun, George. 2021, “The Sad End Of Jack Ma Inc.”, https://www.forbes.com/sites/georgecalhoun/2021/06/07/the-sad-end-of-jack-ma-inc/?sh=42698ac8123a, diakses pada 18 Agustus 2021
Smith, Noah. 2021, “Why is China smashing its tech industry?”, https://noahpinion.substack.com/p/why-is-china-smashing-its-tech-industry, diakses pada 18 Agustus 2021