Salam dari Emirates!π€: Cerita Kebangkitan Arsenal Musim Ini
Kedatangan Arteta memberi harapan baru saat ia meraih trofi pertamanya hanya dalam beberapa bulan. Sekarang, performa 10 pertandingan "unbeaten" menjadi lambang revolusi miliknya di Emirates Stadium.
Unai Emery bukan seorang pelatih yang ecek-ecek. 3 trofi kontinental Eropa direbutnya hanya dalam 3 musim jauh sebelum Zidane melakukannya dengan Madrid. Walaupun begitu, pada akhir musim pertama dipegang olehnya, Arsenal terpleset dari slot 4 besar Liga Champions dan secara memalukan kalah di laga Final Europa League yang sangat krusial melawan Chelsea. Warisan skuad zaman Wenger yang sangat jauh dari standar Top 6 klub Liga Inggris serta kendala bahasa membuat ia tak bisa berbuat banyak. Rentetan hasil buruk dan tekanan fans membuat ia dipecat pada musim dingin 2019.
Dia yang Melihat Cahaya
Disinilah Arteta masuk. Kedatangannya dipenuhi aura pesimistis karena suramnya masa Emery dan pandangan bahwa ia tak memiliki kualifikasi untuk langsung menjadi manajer. Posisi sebagai staff dan akhirnya asisten manajer Pep Guardiola memang sangat berbeda dari tanggung jawab serta tekanannya dengan posisi miliknya sekarang.
Dengan kegagalan pertamanya terlempar dari Liga Europa oleh tim Yunani Olympiakos membuat ekspektasi semakin rendah. Meskipun bek-beknya terus menjadi lawakan, Lini serang Arsenal masih sangat berkualitas. Aubameyang yang selalu konsisten, Lacazette si pekerja keras, hingga tembusnya pemain akademi seperti Bukayo Saka dan Emile Smith Rowe yang merupakan anak-anak lokal sekitar Kota London asli. Performa yang sangat solid dan menjanjikan melawan Liverpool, Man City dan Chelsea membawa Arteta memenangkan trofi FA Cup pada musim pertamanya. Tidak seperti klub sebelah yang 5 tahun terakhir tak memboyong trofi apapun.
Kebijakan Transfer
Terdapat 3 kebijakan utama transfer yang dipegang oleh Direktur Teknik Edu Gaspar dan Arteta untuk merevitalisasi skuad Arsenal :
1. Pembersihan massal para βdeadwoodβ
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekitar setengah dekade terakhir kesebelasan utama Arsenal dipenuhi oleh pemain tua yang βunderperformingβ serta bergaji mahal. Pemain seperti Mesut Γzil yang berkonflik dengan manajemen klub serta selalu inkonsisten jika dimainkan menjadi simbol terbaik seberapa disfungsionalnya skuad ini untuk mengejar Top 6 di Liga Inggris. Pemain lain seperti Mkhitaryan, Mustafi, Bellerin, dan Kolasinac juga salah satu biang buruknya permainan Arsenal selama ini. Hampir semua pemain tersebut per November 2021 sudah dijual atau tak pernah menyentuh skuad utama lagi.
2. Merekrut pemain muda U-23 bermental pemimpin sebagai starter
Jika kita amati secara lebih dekat, hampir semua perekrutan Arsenal selama 2 tahun terakhir mengikuti pola berikut : berumur U-23, eks kapten di klub atau timnas, serta dipandang sebelah mata oleh klub lain. Contoh pertama pada posisi playmaker dengan dibelinya gelandang mantan wonderkid Real Madrid yaitu Γdegaard yang masih sangat muda tapi talentanya tak bisa diremehkan.
Pada gelandang tengah ada Sambi Lokonga yang menjadi kapten klub Anderlecht ketika dibeli Arsenal walaupun hanya berusia 21 tahun. Bek kiri dan kanan memiliki Tierney dan Tomiyasu sebagaiΒ pemain kunci timnas masing-masing dan seringkali menjadi kapten. Bek tengah dijaga Ben White yang dijuluki kapten timnas Inggris di masa depan dan partnernya Gabriel MagalhΓ£es yang juga kapten di klubnya dulu yaitu Lille. Semua βdeadwoodβ tadi digantikan dengan pembelian cerdas dan berorientasi masa depan.
3. Tembusnya para pemain akademi sebagai pemain inti
Bukayo Saka. Emile Smith Rowe. 2 pemain ini yang masing masing bernomor punggung 7 dan 10 sejak semusim yang lalu sudah menjadi pemain kunci dan sangat diandalkan Arteta dalam skema taktik permainannya. Mereka berdua menjadi sosok yang sangat dibanggakan oleh seluruh fans Arsenal. Pemain akademi lain juga banyak menghiasi skuad rotasi Arsenal. Maitland Niles, Nketiah dan Balogun menjadi harapan para fans Arsenal selanjutnya.
Permasalahan Kiper
Posisi kiper selalu menjadi momok bagi The Gunners. Kekalahan Arsenal di Final Liga Champions 2006Β disebabkan oleh sang kiper βJens Lehmannβ yang dengan gegabah mendapati dirinya terkena kartu merah. Sejak itu Arsenal selalu berganti-ganti kiper dan tak pernah ketemu yang cocok. Alkisah di musim panas 2021 Arsenal kedatangan seorang kiper yang pernah degradasi 2 kali di klub yang berbeda dan kedatangannya disambut kritik dari segala arah.
Ia bernama Aaron Ramsdale. Sejak pengukuhannya sebagai kiper utama Arsenal, tim ini βunbeatenβ selama 10 (sepuluh) pertandingan. Opini publik serta fans mengayun kembali ke arah sebaliknya dan ia kini dielu-elukan di Emirates. Karakternya yang vokal serta kemampuan distribusi passing yang bisa diadu dengan Ederson membuat pertahanan dan bahkan penyerangan Arsenal menjadi lebih baik melalui bola-bola panjangnya yang akurat.
Hawa negatif dan kritik perlahan-lahan mulai mengangsur berubah menjadi dukungan dan decak kagum di London Utara. Semua ini bisa jadi blueprint untuk tim-tim besar yang mulai jatuh dari tahtanya seperti Barcelona, AC Milan, dan Juventus. Sampai mana potensi Arsenal kedepannya? Cuma Tuhan dan Arteta yang tahu.
Update :
Meskipun derpaan serta kerasnya Liga Inggris terus menerjang skuad muda ini, dengan kekalahan krusial melawan United dan Liverpool. Mental baja mereka terus dibuktikan dengan pulihnya posisi klasemen mereka saat ini. Meledaknya para forward muda di Liga Inggris membuat Arsenal berada di posisi 4 menuju tahun baru 2022 dan mampu bersaing bersama 3 klub rival lain yang didapuk calon juara Liga Inggris dengan skuad ratusan juta paun mereka.